Your reliable partner to protect your most valuable assets.

Budaya Keselamatan Kerja: Mengubah Mindset Karyawan untuk Lingkungan Kerja yang Lebih Aman

Keselamatan kerja adalah elemen penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan. Namun, memiliki prosedur keselamatan yang baik saja tidak cukup; yang lebih penting adalah membangun budaya keselamatan kerja yang kuat. Budaya ini mampu mengubah mindset karyawan sehingga mereka menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama dalam setiap aktivitas kerja.

Budaya keselamatan kerja adalah nilai, keyakinan, dan praktik yang dianut oleh seluruh karyawan dan manajemen dalam upaya untuk menjaga keselamatan di tempat kerja. Ini bukan sekadar aturan yang harus diikuti, tetapi juga mencakup sikap dan perilaku yang mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman. Budaya ini berkembang ketika keselamatan menjadi bagian integral dari setiap keputusan dan tindakan dalam perusahaan.

Peran Manajemen dalam Membangun Budaya Keselamatan

Manajemen memiliki peran kunci dalam membentuk budaya keselamatan kerja. Ketika manajemen menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama, karyawan akan lebih cenderung mengikuti jejak tersebut. Manajemen harus menunjukkan komitmen mereka melalui tindakan nyata, seperti menyediakan pelatihan keselamatan yang memadai, memastikan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD), dan melakukan evaluasi rutin terhadap praktik keselamatan. Selain itu, manajemen perlu mendorong komunikasi terbuka mengenai isu-isu keselamatan. Karyawan harus merasa aman untuk melaporkan potensi bahaya atau kecelakaan tanpa takut akan konsekuensi negatif. Dengan pendekatan ini, keselamatan kerja menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya beban individu.

Dalam implementasi SMK3 terutama di elemen 2 yaitu perencanaan dimana sebelum mulai mengembangkan SMK3 perusahaan harus melakukan penelaahan awal, yang hasilnya dijadikan sebagai baseline assessment untuk mengetahui kondisi keselamatan pada perusahaan tersebut. Penelaahan awal dapat dilakukan dengan melakukan penilaian kinerja keselamatan melalui wawancara, observasi, dan data sekunder yang ada sehingga dapat di analisa tingkat kematangan para pekerja akan penerapan keselamatan dalam bekerja (Safety Culture Maturity Level).

Berdasarkan OGP, model tingkat kematangan budaya keselamatan dapat dibagi menjadi 5, yaitu patologi, reaktif, kalkulatif, proaktif dan generative.

Aspek Safety Culture yang dinilai menurut OGP 435 ini mencakup 15 variabel yaitu:

  1. Reporting and recording HSE Information
  2. Incident investigation and analysis
  3. Auditing
  4. Human Factors in design
  5. Works practices and procedures
  6. HSE Risk Management
  7. HSE Management System
  8. HSE Training & competence
  9. HSE Appraisals
  10. Situation Awareness
  11. Questionnaire & survey
  12. Observation/intervention
  13. Incentive schemes
  14. HSE Communication
  15. Other HSE Tools

Budaya keselamatan kerja adalah fondasi yang kuat untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. EASindo dapat membantu organisasi/perusahaan untuk mengetahui gambaran tingkat Safety Culture yang ada sesuai dengan kondisi terkini di Perusahaan melalui pengukuran Safety Culture Maturity Level serta menentukan langkah-langkah peningkatan Safety Culture. Hubungi kami segera.

Download PDF

Scroll to Top